Selasa, 06 Juli 2010

Jenuh !

Bisik bayu senja menyapu jiwa
Aku meratap sedih tak berair mata
Dengan sejuta bait syair duka
Tentang kegalauan hati...
Yang membuta
Terkurung dalam ruang…
Waktuku hampa
Tak ingin aku hanya menunggu…
Sampai waktuku tiba
Dalam jenuh jiwaku mengeluh
Janganlah sampai otakku keruh

Dalam hasrat memburu
Mengikuti Ruh jiwa jumawa
Walau kini...
Ragaku beku terpaku kaku

Masih juga aku mencari tahu
Selapar busung sehaus dahaga
Setetes dien peneguh iman …


Tulang Bawang,
30 Muharam 1431/16 Januari 2010



Muhammad Lutfi Khafadho

Satu Rinduku

Serindu hati memecah lamunan
Menyatukan jiwa ke tanah kelahiran
Tapi...
Ragaku tlah beku di perantauan
Karena yakinku ...
Di mana bumi ku pijak
Allah beri rezeqi kehidupan

Tulang Bawang,
4 Dzulhijah 1430/21 November 2009



Muhammad Lutfi Khafadho

Panca Sila

Dalam semunya ikrar Panca Sila
Di manakah syariat yang dulu tersirat
Yang kau hapus yang kau buang
Dan apa yang kau perbuat
Dengan hukum yang kau buat
Tak layakkah norma keadilan
Dari Dzat Yang Maha Adil

Pemujamu tlah mati ditelan bumi
Dan kesaktianmu tlah pudar
Karena kau bukanlah
Sumber dari segala sumber hukum
Tapi kau !!!
Lambang kemungkaran …


Tulang Bawang, 24 Oktober 2009



Muhammad Lutfi Khafadho

Puasa Ini

Selapar dahaga ditengah hari
Terbakar panas nyengat matahari
Menguji iman seberapa teguh tekad di hati
Perjuangan ini bukanlah tanpa arti


Tulang Bawang, 23 09 1430



Muhammad Lutfi Khafadho

Ramadahan 1430 H

Rembulan bulan Ramadhan tlah menanda
Sebuah isyarat esok kita berpuasa

Memuji tuhan di malam hari
Dalam sujud, rukuk, dan berdiri

Rahmad Allah jangan dibuang
Raih dengan hati seteguh karang

Marhaban ya ramadhan
Ahla wa sahlan...


Tulang Bawang, 01 09 30;22 08 09



Muhammad Lutfi Khafadho

Aku Kini...

Dalam masehi waktu yang terhitung
Dalam gempita hidup memasung
Dua puluh tiga masa yang terlewati
Masih juga belum berhenti
Menyusuri garis jalan ini
Akankah nanti, ataukah esok
Mungkin juga lusa nanti
Aku tak tau … Kapan waktuku terhenti ?
Hanya Dia Tuhanku yang tahu …

Dalam bayang ku lihat ke belakang
Masa lalu bagai sembilu
Ada sesal merajam jiwa, ada kecewa memoles luka
Ada sedih mendera lara, ada benci menanam dendam
Hanya kesenangan sedikit tersisa
Entah, berapa macam rasa tlah kurasakan
Menjadi prasasti rencana ke depan
Sampai akhir masa kehidupan
Bahkan hidup sesudah kematian …

Meraih ilmu pupuslah sudah
Mengejar harta impian lama
Dari Surabaya sampai Jakarta
Seakan mengejar bayang tubuh percuma
Tercampakkan oleh dunia

Kanan siku tanganku luka tulang
Lirih suara samar kudengar
Lidah kaku berucap kata
Aku hanya bisa ...
Mensyukuri nikmat yang ada

Dalam kembara sejauh impian
Dari timur hingga barat Jawa
Hanya letih bertubi kudapatkan
Sampai sehelai iman tersisa di dada
Untuk mengais sisa asa yang ada


Muhammad Lutfi Khafadho
Tulang Bawang, 26 Juli 2009
Dalam usiaku yang ke 23 tahun

Kau Kini...

Waktu yang telah kau ukir
Menjadi saksi hidup mu kini
Tentang masa lalumu yang kau lewatkan
Dan sejuta kenangan indah yang kau abadikan
Biarkan ia menghibur mu…
Melepas setiap tetes penyesalan
Yang ternoktah dan sulit kau lupakan
Walau pedih tiada terperi
Semoga menjadi sebuah pelajaran
Untuk merencanakan masa depan yang gemilang
Akan arti sebuah kehidupan, kedewasaan,
Dan sebuah tanggung jawab
Dari apa yang kau perbuat

Setahun langkah waktu kehidupan
Bagai angin berlalu malu
Menyisakan sejuta pertanyaan
Berkacalah pada akhir sepertiga malam
Ia kan memberi jawaban

Jangan terlena oleh kesenangan
Jangan tersiksa oleh kesedihan
Separuh masa depanmu sudah kau genggam
Sepenuh penentu hidup mu Allah Illahi…
Jangan lupakan Ia ukhti…


Tulang Bawang, 25 Juni 2010



Dari Muhammad Khafadho
untuk Seorang Rissa...

Dari Padi

Tautan waktu yang berjalan
Seiring langkahku yang tertahan
Mendewasakan semua rasa
Perasaan jiwa ...

Tak akan memungkiri
Menyangkal arti persahabatan
Meski ini sebuah dusta
Ku tak ingin lebih dari itu
Biar angin menentang
Pun langit menghempas ...

Perlahan kita mulai belajar
Melaraskan bathin
Meluaskan ruang
Tingkap pengertian
Walau pernah ku merasakan
Penat menjadi beban
Biar peluh mengalir
Pun masih ku terluka ...

Tulang Bawang, 19 Januari 2010



Muhammad Lutfi Khafadho

Tanpa Judul

Biru langit sore hari
Terlukislah langit dengan awan
Menggariskan tinta putih pualam
Alangkah indahnya pesona alam

Tulang Bawang, 24 05 30 sore


Waktu terus bergulir
Ceritapun masih mengalir
Basahi lembaran hari kehidupan
Tapi ia tak pernah beri arti kehidupan
Haruskah ku tanya pada langit malam
Yang membisu dalam kelam

Masih aku mencari
Tapi tak tau siapa yang ku cari
Dalam kelana jangan aku merana
Dalam hidup jangan semangatku redup
Dalam sendiri ku kan terus berlari
Dan mungkin tak kembali...

Mungkinkah langit cerah kan gerimis
Jika dalam tawa hati menangis
Apakah hidup yang pahit
Akan membuat hati menjerit
Aku tak kan menangis
Walau hati ku kau kikis

Tulang Bawang, 9 Dzulhijah 1430


Mentari pagi ucapkan salam hangat pada sebuah hati...
Berikan semangat dalam menjalani hari...
Pancarkan cahaya tuk temani langkah kaki...
Panjatkan doa kepada sang Illahi...
Selamat Pagi...

Tulang Bawang, 12 Dzulhijah 1430



Muhammad Lutfi Khafadho

Ikhtiar

Semak belukar terbakar
Hangatnya surya fajar
Uapkan embun meraih awan
Dalam tanpa kawan
Sendiri ayunkan cangkul memukul
Ladang beronak di tanah sebrang
Berduri tajam lagi berbisa
Menyayat kulit perih pedih
Berluka tak terkira

Secangkul dua cangkul kugali
Lubangi tanah tanami pisang sebatang
Batang demi batang
Hari makin siang
Panas terik makin menjadi
Membakar punggung bertulang
Mendidihkan darah cairkan peluh
Menetes…
Basahi tanah ladang
Dari ikhtiar tubuh yang lusuh
Mengharap sebaik-baik rezeqi
Kepada Illahi dikemudian hari



Tulang Bawang, 19 Jumadil Ula 1430



Muhammad Lutfi Khafado

Angin Malam

Jalanan hitam nyanyikan syair malam
Bergemuruh roda-roda jalanan
Menggilas keras tanpa perasaan
Memekakkan telinga membisukan perkataan
Sementara ...
Laju angin spoi-spoi
Lembut menyapu daratan
Menyisir jalanan
Membelai lembut pepohonan
Hanya gelap yang tak bisa ia singkirkan
Langitpun terdiam ...

Tulang Bawang, 07 05 30 malam


Muhammad Lutfi Khafadho

Hijrah

Sebuah langkah lagi, sampai kapan ...
Kutak tau ...

Magelang, 26 04 30 pagi


Aku tak ingin pulang
Dan mungkin tak kan pulang
Tapi ...
Tak berarti selamanya aku di sini...

Tulang Bawang, 05 10 30 siang


Ini adalah satu langkah awal
Dan mungkin masih seribu langkah lagi...

Tulang Bawang, 26 12 30 siang


Aku tak kan pulang sebelum menang
Aku tak kan pulang sebelum syari’at di tegakkan
Aku tak kan pulang sebelum bai’at Khalifah

Tulang Bawang, 23 06 31




Muhammad Lutfi Khafadho

Pesan Buat Gus Ul

Ketika cinta dan syahwat sulit kita bedakan
Ketika cinta kita tiada lagi tertahan
Sebelum asmara merobek iman
Segera lanjutkan cintamu hingga ke pelaminan

Magelang, 23 04 30 siang


Muhammad Lutfi Khafadho

Sholat Dzuhur

Kilatan surya menjilat mayapada
Panas menyengat tiada berluka
Tapi iman teguh dalam dada
Sholatlah sebelum rasakan pedihnya neraka !!!

Magelang, 22 04 30 siang


Muhammad Lutfi Khafadho

Balasan Le Mansur

Lamunan, kesedihan, kecemasan
Akan akhir dari kehidupan yang fana
Kan menyadarkan kita
Untuk menggantungkan hidup kita
Hanya kepada Dzat Yang Maha Sempurna


Magelang, 22 04 30 siang


Muhammad Lutfi Khafadho

Parangtritis

Garis pantai putih panjang
Riuh rendah pemuja setan
Mengucap mantra melepas sesajian
Dilarung lepas ke tengah lautan
Mengabdi pada ratu laut selatan
Setan perempuan penguasa lautan
Dalam dongeng kerajaan mataram
Roro Kidul hanyalah pelacur siluman
Yang terhina lagi merana
Semoga terbuang ke dasar jahannam

Parangtritis…
Pantai indah ciptaan Tuhan
Bersihkanlah dari syirik dan kemaksiatan
Renungilah apa yang kau pandang
Di darat, di laut dan di angkasa
Semua bertashbih memuji memuja
Kepada Allah Yang Maha Esa

Magelang, 21 Maret 2004



Muhammad Lutfi Khafadho


وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلاء شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ قُل أَتُنَبِّئُونَ اللّهَ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan mereka menyembah selain dari pada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah٥". Katakanlah:"Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?"Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). Yunus 10 : 18.
Kalimat ini adalah ejekan terhadap orang-orang yangmenyembah berhala, yang menyangka bahwa berhala-berhalaitu dapat memberi syafaat Allah.
لاَّ تَجْعَل مَعَ اللّهِ إِلَـهاً آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُوماً مَّخْذُولاً
Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).Al-Isra’ 17: 22.

Harta, Syahwat dan Jihad

Laju waktu terus berlalu
Melindas rapuh anak zaman
Tertatih tatih berpeluh nanah darah
Tatap mata nanar mengincar halalnya dinar
Dalam riuhnya seribu satu cara ketamakan
Para pemuja harta pecinta dunia

Pasukan renjana menyerbu tanpa malu
Syahwat kukekang sekuat hati
Dengan kesabaran dan iman yang terpatri
Di tengah kenikmatan semu lingkaran zina
Setan menjebak dengan pesona aurat wanita
Mereka yang bersandang tapi telanjang
Menghembuskan aroma asmara terlarang
Menebarkan benih-benih kemaksiatan

Kulawan syahwat yang tertahan
Satu kemenangan aku dapatkan
Menuju jihad fisabilillah
Melawan musuh di medan perang
Walau berjuta aral menghadang kejam
Neteskan darah merah hitam
Sampai tetes darah penghabisan
Itulah yang ku impikan…


Magelang, 1 Maret 2009



Muhammad Lutfi Khafadho

Senin, 05 Juli 2010

Misteri Nyanyian Alam

Semarak kunang di tengah padang
Pembawa pelita dimalam syahdu
Tarian kecak pucuk ilalang
Tersapu hembus angin sendu

Pasir pantai putih pudar
Pantai panjang berair pasang
Ketam bercinta dimalam samar
Di bawah nyiur jangkung menjulang

Nyanyian ombak menghujam karang
Dalam hening berdebur merdu
Laskar gelombang menggulung serang
Memecah pantai daratan padu

Purnama meniti busur langit
Merias diri di atas laut
Menghibur hati jiwa yang sakit
Menebar cahaya membelai lembut

Mata memandang sejauh bintang
Langit beri petunjuk kehidupan
Tubuh selami samudra terbentang
Laut dalam misteri yang tersimpan


Magelang, 24 Februari 2009



Muhammad Lutfi Khafadho

Ayat Kauniyah

Pasak gunung tinggi menjulang
Laut lepas tepian pantai
Atap langit luas membentang
Semilir bayu lembut membelai

Tawa langit menggulung awang
Berselimut awan putih pualam
Hujan sirami bumi gersang
Siapa ciptakan keajaiban alam?

Laju mayapada segaris nyata
Hadirkan musim silih berganti
Lihatlah ke penjuru semesta
Adakah penciptaan tanpa arti?

Sebait kata ayat kauniyah
Terukir indah dalam qolbu
Mengantar hati ke pintu hidayah
Mestinya kau tau siapa tuhanmu


Temanggung, 31 oktober 2008



Muhammad Lutfi Khafadho

Minggu, 04 Juli 2010

Hidupku

Sebuah jalan pengabdian
Begitu terjal untuk dilewati
Begitu berat kaki melangkah
Mendaki tebing tinggi memanjat
Turuni tebing lurah dalam
Berliku tajam menyiku
Memilih satu jalan
Diantara seribu persimpangan
Satu pilihan sekali hidup

Hidup adalah pengabdian
Kepada Allah Illahi-Robbi
Berserah diri penuh keikhlasan
Untuk tunduk patuh dan taat
Menjalankan segala perintah-Nya
Menjauhi segala larangan-Nya
Satu jalan pengabdian
Yang diridhoi Allah hanyalah Islam

Hidup adalah pengabdian
Kepada Allah Illahi-Robbi
Hidup sekali hanya sesaat
Akhir hidup adalah maut
Muliakanlah jiwa dengan syahid


Temanggung, 10 Juli 2008



Muhmmad Lutfi Khafadho

Cinta Sang Mujahid

Sekasih rasa cinta di hati
Serangkai kasih terikat suci
Dalam sekejap indah terlewati
Untuk panggilan jiwa sabili

Derai tangis iringi perpisahan
Sabarkanlah hati istriku sayang
Hidup adalah pengabdian
Kepada Allah Illahirobbi
Ikhlaskan hatimu duhai sayang
Kepergianku tak berharap pulang

Tak kan sirna cintaku padamu
Sebelum maut ajal menjemput
Karena kasihku padamu
Mengharap kasih ridho Illahi
Tak ada kasih yang abadi
Selain kasih sayang Illahi

Pergilah kasih pergilah sayang
Berat hatiku melepasmu sayang
Janganlah risaukan aku seorang
Jangan kembali sebelum menang
Atau syahid di medan perang

Langkah hijrah menuju jihad
Setetes cintaku tertinggal jauh
Lautan iman pelipur rindu
Menggapai cahaya cinta Illahi
Meraih nikmat syurga abadi
Tuk melihat Allah dengan berseri
Dan janji Allah itu pasti


Temanggung, 21 juni 2008



Muhammad Lutfi Khafadho

Rindukan Syahid

Dalam rihlahku tak sesaat
Ku baca ayat-ayat kauniyah
Menggetarkan jiwa meneguhkan iman
Di tengah subhat yang tersamarkan
Di antara liciknya tipu daya setan
Menjadikan diri seorang Al-ghuraba’
Kutemukan ruh isytisyhadiyah
Mengantar hati merindukan jihad
Jumawakan diri melawan thoghut
Demi Allah untuk meraih syahid

Yaa Allah …
Bukakanlah jalan jihad untuku
Kupersembahkan jiwa ragaku untuk-Mu
Melawan laskar- laskar iblis
Menghadang Yahudi Nasrani
Hingga darah mengalir deras
Hingga perih pedih menyayat
Sampai ruh tinggalkan tubuh syahid

Perang salib masih berlanjut
Bergemuruh membelah petala langit
Semangat jihad takkan pernah surut
Sebelum musuh mati menjerit

Temanggung, 18 mei 2008


Muhammad Lutfi Khafadho


{س} وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ المُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيداً عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ المَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Al-Hajj 22 : 78

Anugrah Yang Agung

Layang selayang pandang kumemandang
Pada mata seindah mata kucing
Sekilas tatapan teduh dan bening
Dalam cerah suci berkerudung
Sekedip mata cintaku terpasung
Sejuta gejolak rasa bersenandung

Seribu tanya tersentak ketakjuban
Diakah bidadari taman khayangan
Kubuang tatapan menoreh angan

Malam sepi gelisah rindu menyatu
Nyanyian kasmaran megalun syahdu
Kulukis angan dengan khayalan
Putri misteri menghantui fikiran
Kupilih ta’aruf karena kemuliaan
Untuk indahnya awal percintaan

Lelaki meniti garis kodrat
Mengharap kasih sayang Illahi
Merajut kidung cinta sejati
Terikat tali kata suci
Bersama gadis pujaan hati

Seteguk tetes nikmat syurga
Puncak rasa dunia fana
Desah nafas gelora asmara
Halalnya syahwat kini tlah tiba

Ya Rohmaan Ya Rohiim
Maha Pengasih Maha Penyayang
Segala puji bagimu Ya Allah
Atas anugrah-Mu yang agung

Temanggung, 5 April 2008


Muhammad Lutfi khafadho

Ratu Adil

Gelap gulita tindih bertindih
Gelapkan jiwa gelapkan raga
Biru laut memerah darah
Tercemar dosa anak bangsa
Hijau tanah kering kerontang
Terbakar amarah api neraka
Asap tebarkan aroma kematian
Menutup negri sejuta nusa

Rakyat pesta lara sengsara
Derita berlapis-lapis rasa
Harapan terikat sehelai asa
Kemudikan hidup separuh jiwa
Iman terkikis taruhkan nyawa
Liarlah hati nafsu jadi dewa

Kaya terlena miskin merana
Keadilan terpaut sejauh kasta
Ratu adil dalam penantian
Jauh hari dalam ramalan
Tanyakan pada langit malam
Ratu Adil bernama Syariat Islam


Temanggung, 21 Maret 2008



Muhammad Lutfi Khafadho


Keadailan akan terwujud jika Syariat Islam di tegakkan di negri ini. Mana keadilan yang didapatkan dengan hukum yang bersumber dari Pancasila ( yang di agungkan sebagai sumber dari segala sumber hukum ). Sudah lebih dari setengah abad kemerdekaan, mana keadilan yang didapatkan? Moral bangsa ini rusak karena menggunakan hukum yang rusak. Pola pikir manusia rusak karena dibentuk oleh hukum yang rusak.

Islam Is The Only Solution

إِنَّا أَنزَلنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُواْ لِلَّذِينَ هَادُواْ وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ وَكَانُواْ عَلَيْهِ شُهَدَاء فَلاَ تَخْشَوُاْ النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلاَ تَشْتَرُواْ بِآيَاتِي ثَمَناً قَلِيلاً وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الكَافِرُون
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالعَيْنَ بِالعَيْنِ وَالأَنفَ بِالأَنفِ وَالأُذُنَ بِالأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَن تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَّهُ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
وَليَحْكُمْ أَهْلُ الإِنجِيلِ بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فِيهِ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الفَاسِقُونَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,(tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Al-Maidah 5:44)
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkanAllah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (Al-Maidah 5:45)
Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (Al-Maidah 5:47)
Orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada tiga macam: a. karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah, orang yang semacam ini kafir (ayat 44 surat Al-Maidah) .b. karena menurut hawa nafsu dan merugikan orang lain dinamakan zalim (ayat 45 surat Al-Maidah). c. karena fasik (mengaku orang islam tapi hatinya mengingkari kebenaran islam) sebagaimana ditunjuk oleh ayat 47 surat ini.

Waktu

Alur arus kehidupan pasti
Tentang masa lalu
Masa kini dan masa datang
Bercerita tentang
Manusia, amal, ilmu dan semesta

Pedih sesal yang terlewatkan
Kenyataan pasti yang terasa kini
Harapan semu akan masa datang
Lenakan mimpi jauh terbayang

Hening sepi tak berisi
Mati hampa tak bernyawa
Iringi gerak langkah semesta
Dalam cerah dalam gelap
Tanpa jiwa tanpa raga
Tapi… ia ada

Adalah mustahil kuasai waktu
Tapi bisa gunakan waktu
Waktu bukanlah uang
Tapi waktu adalah pedang kehidupan
Pedih menikam mati
Dalam langkah kita berhenti
Dan ia terus berlari …


Magelang, 24 Januari 2008



Muhammad Lutfi Khafadho



وَالعَصْرِ
Demi masa.
إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Lelaki Jahannam

Lika-liku langkah lelaki
Bertubuh perkasa tak berjiwa
Bermain indahnya kata
Memikat wanita penuh pesona
Dalam untaian tali asmara

Manisnya cinta indah di kata
Membawa asmara indah dirasa
Menutup bening sucinya jiwa
Kemana perginya iman mulia

Lelaki jahannam mengoyak kesucian
Perawan terpendam kezinaan
Diam membisu dalam lorong sesalan
Dicampakkan lelaki dalam kekejian
Langkah lelaki berlalu pergi
Entah kapan langkahnya terhenti
Dirajam mati aqidah Islami


Magelang, 17 Februari 2008


Muhammad Lutfi Khafadho

Wanita Jalang

Wanita cantik berwajah dingin
Perut buncit menyimpan aib
Buah sial asmara terlarang
Tinggalkan sesal jauh terbayang
Kemana perginya lelaki jahannam

Meniti waktu, sembilan bulan terlalui
Ingin hati berlari meraih sepi
Ke ujung dunia mengubur dosa
Bergulat sengit melawan karma
Tak kuasa anaknya terlahir juga
Tangis anak menghujam angkasa
Meregang nyawa di tangan ibunya

Lekas Ia datang lekas Ia pulang
Kejamnya dunia tlah dirasakan
Meski sesaat namun menyakitkan
Konon, kasih ibu sepanjang jalan
Kini, kasih ibu dipertanyakan


Magelang, 30 Januari 2008



Muhammad Lutfi Khafadho

Sabtu, 03 Juli 2010

Renungan Malam

Setetes air membentur bumi
Memecah hening dimalam hari
Jangkrik berderik penyair malam
Lelapkan tidur seisi alam

Angan tersapu angin berlalu
Kejar bayangan masa lalu
Menghitung bintang di angkasa
Selaksa cermin sejuta dosa

Tiada awan tiada hujan
Langit bertabur cahaya bulan
Bintang jatuh menggariskan harapan
Membakar langkah sejuta setan

Manusia membaca alam bercerita
Dalam kisah ada suka ada duka
Jadikan hidup lebih bermakna
Menuju akhir yang sempurna


Magelang, 24 Januari 2008



Muhammad Lutfi Khafadho

Pesona Alam

Langkah mengukir sepi
Dalam keramahan pagi hari
Gerimis menghitung waktu
Tersapu angin yang merayu

Langkah kaki membentur bumi
Riak air memecah nadi
Embun pagi bening segar
Biaskan cahaya merah pudar

Tanah perawan kutapaki
Alam menari burung bernyanyi
Kaki-kaki alam mencengkram kuat
Betapa indah alam yang bersahabat

Induk sungai merambat merayap
Jauh ke laut hingga lenyap
Cakrawala pagi menggariskan nasib
Terbentang sejuta harapan gaib


Magelang, 21 Januari 2008


Muhammad Lutfi Khafadho

Kupu-Kupu Malam

Yang terbang kian kemari
Dalam gemerlap cahaya kota
Kepakan sayap menggoda mata
Adalah kupu-kupu malam
Dengan sunggut setajam tuyul
Mengincar si belang obral uang

Yang terjepit oleh keputusasaan
Menyerah pada kuasa setan
Terbelenggu tali kehinaan
Memburu panjang bayangan
Hati melompat mendarahkan angan
Adakah yang kau sesalkan?

Kau tlah jauh tenggelam
Kau bermimpi dalam impian
Kembalilah dalam titian pasti
Hanyutkan diri ke kawah suci
Lihatlah cermin menegurmu
Karena esok masih ada waktu

Magelang, 20 Januari 2008



Muhammad Lutfi Khafadho

Perempuan Biadab

Usai seteguk nikmat setan
Dengan syahwat kau rasakan
Tanpa tangis kau teteskan
Tanpa sesal kau tinggalkan

Rahim perawan terisi sudah
Adalah daging merah darah
Hidup, berdetak dan lemah
Karena aborsi matilah sudah

Gemuruh nafas perempuan biadab
Tangis anakmu tak kau jawab
Lengking kematian menutup aib
Habis nafas dunia sekejab


Magelang, 13 Desember 2007



Muhammad Lutfi Khafadho

Cinta Terlarang

Perawan terbuai cinta
Berbalut kuntum wangi bunga
Hati luluh dirayu Arjuna
Kuatnya cinta hapuskan iman
Indah dunia serasa surga

Suci, indah, menawan
Neteskan liur nafsu Adam
Terjerat simpul tali Setan
Terikat erat asmara terlarang
Raja Iblis tertawa girang

Satu kesucian dari tuhan
Atas nama cinta kau gadaikan
Tahukah kau cucu hawa ?
Semestinya kau dirajam
Hingga batas kematian


Magelang, 2 Desember 2007


Muhammad Lutfi Khafadho

وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Al-Isra’ 17: 32
Islam tidak hanya melarang zina tetapi juga melarang perbuatan yang mendekati zina seperti melihat gambar atau video porno, mengintip orang mandi, ta’aruf tanpa ditemani muhrimnya atau disebut juga dengan “ pacaran “ ( tak ada pacaran di dalam Islam, dan tak ada istilah pacaran Islami kecuali di buat-buat oleh mereka yang ingin mendekati zina ). Islam melarang keras perbuatan zina, dan memberikan hukuman yang berat bagi pezina. Karena zina memutus garis keturunan ( nasab ). Hukuman bagi pezina yang sudah menikah adalah dirajam sampai mati, sedang yang belum menikah di cambuk sampai seratus kali lalu di buang dari kampung halaman.

Alam Kini

Pintu mata berat ku buka
Di akhir mimpi putuslah cerita
Bisikan alam merasuki jiwa
Di batas sadar bangunlah raga
Rindu hati kepada rimba
Kecewa hati ia tlah sirna

Setarik nafas membakar nadi
Angin panas hancurkan negri

Luka-luka trus tertoreh
Luka alam tak berdarah
Tangis alam tanpa rintih
Alam murka manusia binasa
Merajam pedih jiwa raga
Tinggalkan rintih, tangis, nestapa


Magelang, 2 Desember 2007



Muhammad Lutfi Khafadho


وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ المُحْسِنِينَ
“ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah(Allah) memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.Al-A’raaf 7:56
ظَهَرَ الفَسَادُ فِي البَرِّ وَالبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”Ar-Rumm 30:41.
Bencana datang silih berganti namun manusia tetap dunggu. Harus berapa kali kita di ingatkan, haruskah kesadaran itu datang saat ajal di depan mata ?. dari musibah gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, semburan lumpur panas dll. Mestinya kita berkaca diri dengan apa yang telah kita lakukan. Kerusakan alam berawal dari kerusakan moral.

Dendam !!!

Ada cinta mengusik kedamaian
Hadirkan benci lama terpendam
Meraih amarah mengubur iman
Adakah tempat mengubur dendam

Sudah hanyut terbawa arus
Di mana tubuh kan ku tambatkan
Ketika pedang tlah terhunus
Kepada siapa pedang kutikamkan


Magelang, 22 Januari 2008



Muhammad Lutfi Khafadho

Surabaya ...

Surabaya dalam setahun
Terngiang dalam memori ingatan
Meski rapuh dan berkarat
Terbakar panas menyengat
Sepanjang Kebonsari Gedangan

Surabaya ...
Melepas iman
Meneguk kenikmatan
Sesaat namun menyesalkan
Secepat kereta waktu
Bergemuruh ...
Merajam, menghujam
Neteskan darah hitam
Tertoreh di ingatan kelam


Antara 6 Agustus 2006
27 September 2007

Magelang, 2 Desember 2007



Muhammad Lutfi Khafado

Cahaya Mata

Cahaya mata terlepas tak terbatas
Menjelajahi ruang kesunyian mayapada
Menyeluruh hingga tak berbekas
Terhenti oleh kilauan nur jiwa suci
Di balut oleh kesejukan embun pagi

Cahaya mata memetik dawai hatiku
Menggema ...
Menggetarkan dinding-dinding kulitku
Meluluhkan kuatnya kelakianku

Cahaya mata beradu pandang
Mengantar jiwaku dalam asmara terlarang
Garis pandang kian menjauh
Lalu hilang di balik angan pudar
Meninggalkan tapak-tapak kerinduan


Surabaya, 2 Agustus 2007


Muhammad Lutfi Kahafadho

Ruang Kekosongan

Dua tahun sudah aku melangkah
Melepaskan tiap kedip masa kehidupan
Dalam gelapnya ruang kekosongan
Menerawang mimpi dari balik tirai angan
Dengan mata hati tertutup dalam kegelapan
Melumpuhkan syaraf-syaraf raga
Memudarkan pekatnya sang ahli karsa

Sering ku berfikir…
Haruskah kuratapi kandasanya harapanku
Yang membawaku dalam impian hampa
Dan memaksaku untuk menyerah pasrah
Pada cobaan sebesar semut merah

Kehidupan yang dulu di puja
Kini tinggal kenangan hampa
Impian yang dulu di pelupuk mata
Kini menjauh ke ujung cakrawala

Waktu tlah berlalu
Menenggelamkan cita-citaku dulu
Kini aku tempuhi hidup baru
Penuh onak dan duri
Dalam bayang-bayang yang samar
Dalam siasat dan kelicikan
Dalam permainan yang sangat dangkal
Yang menciutkan nyali kehidupanku
Bahkan nyaris menghilangkan asa

Tapi…
Impian lamaku tlah ku tanggalkan
Siapa bilang mimpi tak boleh berganti
Mimpiku kini ku serahkan padanya Sang Illahi


Jakarta, 1 Juli 2007



Muhammad lutfi Khafadho
Dua tahun seusai lulus SMK

Helaian Benang Tlah Tersimpul

Helaian Benang Tlah Tersimpul
Dengan salam persahabatan kuawali goresan penaku
Untukmu Sahabatku
Dari seorang sahabat pejakamu tempo dulu
Yang masih mencari bunga mekar kehidupan
“ Lutfi Aji”
Dengan sebenar kata dari hati, aku sampaikan

“ selamat mengarungi samudra kehidupan
Bagai nyawa sepasang setali ”

Begitu banyak tinta kisah kasih kehidupan
Namun hanya satu garis kisah yang dilalui setiap insan Illahi
Yang kadang tidak sekehendak dengan keinginan hati
Tapi ...
Kita harus kuatkan hati untuk menhadapinya

Pernikahan adalah sunah Rasul S.A.W
Dansetiap sunah yang dikerjakan adalah ibadah
Dalam beribadah kita butuh pengorbanan juga keikhlasan
Maka ...
Pernikahan bukannlah awal dari sebuah kebhagiaan
Tapi awal dari sebuah pengorbanan
Jika kamu menjalaninya dengan baik, maka beruntunglah kamu
Tapi jika kamu gagal melewatinnya, maka rugilah kamu
Pernikahan ini adalah untuk kehidupan duniamu dan akhiratmu
Untukmu bersama dan untuk anak cucumu kelak

Akhir bait aku sampaikan
“selamat berjuang !!!,
Menuju keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Amin”


Magelang, 13 Mei 2006
Perbaikan di
Surabaya, 12 Mei 2007



Muhammad Lutfi Khafadho

Juwita Dalam Perjalananku Semalam

Ketika malam tiba, dan kegelapan memasungku
Dalam lapuknya gubuk tuaku
Dan hanya sang pelita malam sebagai sahabatku
Dan semilir angin malam menyelimuti dinginnya tubuhku
Kau hadir dalam lamunan tidurku
Terbwa oleh lembutnya cahaya rembulan separuh
Menelusup di antara celah dinding bambu gubukku
Dengan senyum manismu yang mempesona
Kau begitu cantik, lembut, anggun nan ayu
Gemulai tubuhmu, rona wajahmu tertutup helaian sutra biru
Akupun terkejut, terpaku menatapmu
Kau menghampiriku dengan langkah gemulai
Dan kau ulurkan tanganmu dan membelai wajahku
Lalu kaupun duduk dalam pangkuanku
Ku tatap matamu bercahaya penuh makna
Lalu ku peluk tubuhmu dengan penuh rasa
Dan akupun merasakan hangatnya balutan kasihmu
Kubelai tubuhmu, dan kurasakan halusnya kulit tubuhmu
Tapi ...
Kau pudar dari lamunan tidurku
Karena ...
Sang surya menatapku dengan mata merah membara
Penuh amarah ia mencambukku
Dengan cambukan cahayanya yang menyilaukan mata
Akupun terbangun dengan bayangan mimpi semalam
Dan ku tatap hari ini dengan penuh harapan
Ku yakin kau kan ku temukan dalam kehidupan nyataku kelak

Surabaya, 25 Desembeer 2006

SEPERTI BIASANYA PAGI ITU

Seperti Biasanya Pagi Itu

Seperti biasanya pagi itu
Aku bangun pagi dan kurapikan ranjangku
Lalu bergegas mandi dangan dinginya air lereng sumbing
Setelah bersuci aku bergegas menghadap Sang Khalik
Lalu aku bersiap diri untuk mencari jaminan hidupku kelak
Sampai akhirnya aku bergegas pergi
Dengan menghaturkan salam kepada orang tuaku
Tak lupa ku kecup kedua tangannya
Sampai di jalan banyak orang berlalu lalang
Ia berkehendak menuruti panggilan hatinya
Mereka ku sapa dengan ramah dan merekapun membalasnya.

Seperti biasanya pagi itu
Kulangkahkan kakiku dengan cepat
Menelusuri jalan bringas bebatuan
Melototiku penuh sinis
Bergigi tajam seakan menggit kakiku
Bahkan sepatuku cepat habis dimakan kerakusannya
Tapi tetap kulangkahkan kakiku untuk sebuah ilmu
Jalan berkelok-kelok warisan pendahuluku
Banyaktanjakan kudaki menguras tenaga pagi hari
Nafasku begitu capat memakan udara pagi itu
Untung hawa udara dipagi itu begitu bersih

Seperti biasanya pagi itu
Dua punggung jembatan kulalui
Kudengar nyanyian sungai yang bergemuruh
Seakanmemberi salam dan semangat padaku
Ribuan laskar hijau berbaris rapi
Menghadangku disetip pinggir jalan yang kulewati
Dengan ujung-ujung daunnya yang runcing menantang langit
Bak prajurit yang siap perang dengan penuh keangkuhan
Tapi, sepertinya mereka heran melihat keberanianku
Berjalan setiap hari di depannya dengan acuh
Sedangkan mereka sendiri berdiri terpaku tanpa daya

Seperti biasanya pagi itu
Ku lewati tanah lapang yang sangat luas
Dari kejauhan aku merasakan keheningan suasana
Ini berarti lonceng waktu baru saja mengaum
Aku segera berlari sekuat tenaga
Di antara rerumputan yang menertawakan kegusaranku
Berlomba dengan hadirnya sang pelita dalam kegelapan
Tapi sayang dia sudah berdiri di depan pintu
Dia menatapku dengan senyum menakutkan
Aku mendekatinya untuk meminta izin masuk
Tapi, belum sempat ia bicara ia sudah menjitakku

Seperti biasanya pagi itu
Aku terlambat masuk kelas
Meski dengan tatapan sahabat yang nampak acuh
Meski harus berlari bermandikan peluh
Meski berbaju basah dan saku yang terisi lima ratus rupiah
Meski dengan hati yang letih lelah
Meski dengan nafas yang terengah-engah
Siapa peduli ?
Tapi, tak seperti biasanya pagi itu
Kepalaku harus makan jitak
Sebelum perutku kenyang



Surabaya, 24 Desember 2006



Muhammad Lutfi Khafadho

Salah satu kenangan cerita pagi
Saat sekolah di bangku SLTA

KHAFADHO

KHAFADHO
Adalah seorang lalaki akhir zaman yang berhijrah dan masih berhijrah dari satu nasib ke nasib yang lain, hijrah untuk sebuah perubahan agar esok lebih baik. Yang berhijrah untuk memperoleh satu di antara dua kebaikan "menjadi muslim sejati atau syahid"