Ketika malam tiba, dan kegelapan memasungku
Dalam lapuknya gubuk tuaku
Dan hanya sang pelita malam sebagai sahabatku
Dan semilir angin malam menyelimuti dinginnya tubuhku
Kau hadir dalam lamunan tidurku
Terbwa oleh lembutnya cahaya rembulan separuh
Menelusup di antara celah dinding bambu gubukku
Dengan senyum manismu yang mempesona
Kau begitu cantik, lembut, anggun nan ayu
Gemulai tubuhmu, rona wajahmu tertutup helaian sutra biru
Akupun terkejut, terpaku menatapmu
Kau menghampiriku dengan langkah gemulai
Dan kau ulurkan tanganmu dan membelai wajahku
Lalu kaupun duduk dalam pangkuanku
Ku tatap matamu bercahaya penuh makna
Lalu ku peluk tubuhmu dengan penuh rasa
Dan akupun merasakan hangatnya balutan kasihmu
Kubelai tubuhmu, dan kurasakan halusnya kulit tubuhmu
Tapi ...
Kau pudar dari lamunan tidurku
Karena ...
Sang surya menatapku dengan mata merah membara
Penuh amarah ia mencambukku
Dengan cambukan cahayanya yang menyilaukan mata
Akupun terbangun dengan bayangan mimpi semalam
Dan ku tatap hari ini dengan penuh harapan
Ku yakin kau kan ku temukan dalam kehidupan nyataku kelak
Surabaya, 25 Desembeer 2006
ngimpi?
BalasHapus